Jumat, 06 Februari 2009

Reply For It

Setelah menyelidiki arsip baru-baru ini, gw ketawa sendiri begitu menyadari kalo post gw sama Luka udah kayak saling reply satu sama lain.

Yah, pertama-tama yang mau gw katakan sehabis ngeliat post kedua terbarunya—dia emang nggak pernah ngerebut kouhai pertama gw secara langsung, harus gw akuin itu. Tapi secara fisik dia ngerebut—karena kouhai gw itu mendapatkan inspirasi atas semua tindakannya pada Amel dan gw dari apa yang dilakukan Luka kepada gw dan Tia. Bagaimana pun Luka bilang kalo dia nggak bersalah dan bla bla bla—dia tetap bersalah, ada kok vonisnya di laporan AR gw. Dia tetap bersalah karena walaupun nggak pernah ngehasut kouhai gw, dia melakukan sesuatu yang menjadi contoh buruk baginya, dan gw akan melakukan apa saja untuk menjauhkan mereka semua dari Luka. Untuk menjauhkan mereka dari kemungkinan nggak punya temen seumur idup.

Dan yeah, harus gw katakan dengan tegas dan bangga, dia ngefitnah Amel. Apakah dia punya bukti Amel cuma memanfaatkan gw? Coba pikir. Satu-satunya yang peduli kalo gw sedih, ya cuma Amel itu. Kan udah pernah gw bilang di post gw dulu, Luka bahkan pernah tahu gw nangis pas dulu banget pas gw masih jadi temenan dia, dan dia tidak sedikitpun peduli. Sementara Amel, dia menemani gw lebih dari sejam, mungkin nyaris sepanjang hari kalau nggak ada pelajaran yang misahin kita berdua, ketika gw cuma sekadar shock berat gara-gara MASTERplan. Bagian mana yang menurutmu “memanfaatkan”, I-Chan? Berani-beraninya dia menghujat Amel atas sesuatu yang sudah dia lakukan ke gw sejak awal! How impatient, how unkind she is!

Next, soal dia mau baikan sama gw. Baik, akhirnya dia bisa mengalahkan harga dirinya yang kelewat tinggi itu dan mengakui kalo dia sempet punya niat untuk baikan sama gw, tapi nggak mencoba karena tahu itu nggak akan berguna. Well, harus gw akui gw melihat ada sedikit usaha untuk berkelit dari kata-katanya tersebut. Usaha untuk menghindari dibilang pembohong. Itu bukan sifat Luka, setahu gw, nggak mencoba sesuatu karena tahu itu nggak berguna. Nggak berguna bukan berarti nggak mungkin, kan? Mungkin dia harus baca Beyond the Beyond-nya Yoshitomo Watanabe sesekali dan menarik pelajaran dari sikap dan pegangan hidup Virid: tidak berguna bukan berarti tak mungkin.

Dasar bodoh,
menentukan hal yang dia lakukan hanya berpegang dari seluruh kata-kata gw di blog.

Oh yeah, gw sekarang menyadari satu hal…perang MASTERplan ternyata bukan hanya pertarungan antara dua kubu saja. Ada satu kubu lagi. Berhubung kubu gw adalah kubu kejam, kubu hitam—dan kubu Luka adalah kubu sok suci, kubu putih—maka satu kubu lain ini adalah kubu abu-abu, penyeimbang dua dunia. Sayangnya, kubu abu-abu luar biasa kuatnya, dan misinya merugikan kami berdua—menyatukan MASTERplan dan Anti-MASTERplan kembali. Kubu abu-abu diketuai oleh Tia, dengan sekitar sepuluh orang anggota inti dibawah pimpinannya, seluruh sekolah bersatu dibawah benderanya, dan guru-guru memberi pasokan kekuatan atas tindakannya. Anehnya—kenapa mesti gw melulu yang diserang? Udah jelas kalo pusat dari seluruh kekacauan ini adalah Luka, tolong jangan desak gw, desaklah dia! Kalo perlu bunuh sekalian! Jadi akhirnya gw bisa meletakkan seluruh beban Anti-MASTERplan di bahu gw dan beristirahat dengan tenang.

And yeah, I’m getting used to it.

Sekedar kabar, keliatannya salah satu spy yang gw tempatkan di dekat Futa membuahkan hasil—petunjuk demi petunjuk tentang who is his own crush mulai muncul dan gw udah mulai memperkirakan orangnya siapa. Berdoalah semoga gw bisa bener-bener memastikan siapa orangnya dan membantu Futa gw tersayang untuk meraih dia. Wish me luck guys.

Tidak ada komentar: